Terbangun aku dari suatu mimpi buruk yang tak terelakkan dan berulang. Ku dapati diriku duduk termenung melihat sekitarku. Sekilas tak ada suatu yang berarti. Semua terlihat biasa. Semakin aku melihat, napasku terengah-engah dan mataku terisak. Baru kusadari, aku berada dalam suatu ruang. Ruang dimana aku tak bisa pergi, ruang dimana aku melihat diriku sendiri berlaku selayaknya namun tak seharusnya begitu. Aku berada di ruang mata hati. Ternyata mimpi buruk yang selalu kualami adalah sebuah ketidaksadaranku akan dunia diluar ruang ini. Aku terkunci pada ruang ini. Ruang ini seolah mengahalangiku agar aku tak memberontak mengubah dunia di luar ruang ini. Apa yang salah dengan dunia di luar? Apakah aku terjerat? Ternyata jeratan ini berasal dari ikatan. Ikatan ku dengan dirinya. Dirinya yang mengatasnamakan ikatan dan berbuat seenaknya, yang sengaja menjerat diriku agar selalu mengikuti inginnya. Amarahku memuncak, tangisku semakin deras. Lepaskan. Tolong lepaskan aku. Aku meronta ingin pergi namun tak bisa. Alasan tak bisa perginya diriku tak semudah memutus ikatan. Ikatan ini penting untuk ku dan dirinya. Ikatan ini direstui oleh penciptaku. Akhirnya ruang mulai berbicara padaku bahwa Pencipta sengaja memasukkan ku ke ruang mata hati bukan untuk mengurungku melainkan untuk menerima. Menerima dunia di luar ruang ini dan menerima sakitnya menyaksikan diriku sendiri. Pencipta berbuat adil katanya, ruang meyakinkanku bahwa ruang adalah tempat terbaik yang dapat mengobati ku kelak, Kelak entah kapan. Sampai ruang dapat menyembuhkanku, biarkan aku tetap terjerat pesannya......